Menjaga Kepercayaan R.A Kartini di Era kini
Opini
Seperti
yang telah kita ketahui bahwa tanggal 21 April 2016, diperingati sebagai hari
kartini. Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi. Raden
Adjeng Kartini atau sebenarnya lebih tepat disebut Raden Ayu Kartini, (Jepara,
21 April 1879 - Rembang, 17 September 1904), adalah seorang tokoh Jawa dan
Pahlawan Nasional Indonesia. Habis Gelap Terbitlah Terang, itulah judul buku
dari kumpulan surat-surat Raden Ajeng Kartini yang terkenal. Kartini yang
merasa tidak bebas menentukan pilihan bahkan merasa tidak mempunyai pilihan
sama sekali karena dilahirkan sebagai seorang wanita, juga selalu diperlakukan
beda dengan saudara maupun teman-temannya yang pria, serta perasaan iri dengan
kebebasan wanita-wanita Belanda, akhirnya menumbuhkan keinginan dan tekad di
hatinya untuk mengubah kebiasan kurang baik itu dengan mendirikan sekolah
wanita pribumi. Apa yang sudah dilakukan RA Kartini sangatlah besar pengaruhnya
kepada kebangkitan bangsa ini.
Bagi wanita sendiri, dengan upaya
awalnya itu kini kaum wanita di negeri ini telah menikmati apa yang disebut
persamaan hak tersebut. Wanita saat ini telah diposisikan
pada loka nan mulia dengan tugas-tugas nan mulia, dijaga sedemikian rupa
kehormatannya, dilindungi keselamatannya dengan undang-undang, dan dihargai di
hadapan publik. Sebuah kondisi nan patut kita syukuri dan kita nikmati. Artinya,
kalau kita dapat menyimpulkan apa nan diperjuangkan Raden Ajeng Kartini semata
hanya agar tercipta generasi yang lebih baik. Emansipasi nan diinginkan oleh
Kartini bukanlah keinginan buat menyaingi kaum pria. Bukan pula emansipasi
tanpa batas, melainkan hanya kesetaraan dalam mendapatkan hak pendidikan dan
perlakuan nan sama, bukan keterkungkungan seperti nan terjadi saat itu.
Seandainya kita lihat kaum wanita sekarang nan berlomba-lomba melakukan
perjuangan atas nama emansipasi, rasanya kita akan melihat bukan lagi
pendidikan dan perlakuan nan sama nan diperjuangkan. Bukan lagi visi misi
Kartini nan tampak, melainkan hanya ego sektoral nan terkadang melampaui batas.
Banyak wanita muda nan memilih jalan nan salah demi mencapai kesetaraan, hingga
tak sedikit dari mereka nan akhirnya harus jatuh ke lubang hitam. Misalnya,
remaja kini banyak terenggut kasus LGBT. Ini tentu akan merusak moral perempuan
maupun laki-laki kedepannya, hal ini tidak bisa dianggap wajar, karena apa yang
diinginkan oleh RA Kartini adalah sebatas kesetaraan hak, dan perlakuan yang
adil bagi perempuan, bukan kesetaraan gender apalagi sampai menyimpang ke LGBT
tersebut. Ini bukanlah kondisi nan dicita-citakan Raden Ajeng Kartini, bukanlah
emansipasi nan terarah, melainkan pemahaman nan salah kaprah akan arti
emansipasi. LGBT harus dijauhkan dan disingkirkan secepatnya di negeri ini,
akan sia-sia upaya RA Kartini jika generasi penerusnya seperti ini. Dalam perjuangan beliau membangkitkan jiwa
wanita bukan berarti dapat mendorong peristiwa LGBT ini.
Dewasa ini
emansipasi seringkali disala artikan. Emansipasi sering kali menjadi alasan
yang dicari bagi kaum perempuan, khususnya remaja putri untuk mendapatkan
kebebasan seluas-luasnya sampai ke masalah LGBT, dan seringkali berlebihan
kadarnya.Perbuatan ini tanpa mereka sadari telah menjatuhkan harga diri
perempuan secara global.Permasalahan di atas menyebabkan status perempuan
semakin tenggelam dalam kekelaman masa. Harapan, angan-angan untuk maju telah
ternoda dengan kenyataan tersebut. Akibat dari permasalahan tersebut, perempuan
semakin direndahkan. Tidak ada lagi rasa nasionalisme mengingat jasa pahlawan
yang sudah memperjuangkan emansipasi. Harga diri wanita yang semakin rendah
dengan perbuatan keji seperti itu jelas-jelas Raden Ajeng Kartini kecewa. Kecewa dengan kaum
penerusnya yang menyalahgunakan perjuangannya untuk meningkatkan harkat perempuan.
Pembebasan atas diskriminasi pada perempuan seharusnya dimanfaatkan untuk
mengembangkan dan membangkitkan eksistensi kaum perempuan secara terhormat,
bukan menginjak dan menurunkan harga diri kaum perempuan itu sendiri.
Dengan
adanya masalah-masalah yang terjadi di atas, sudah dapat disimpulkan bahwa
emansipasi, awalnya memang sebuah kemajuan tetapi di akhir berbanding terbalik,
yaitu kemunduran yang didapatkan mungkin itu semua didasari karena masalah
intern, misal : terlalu dibebaskan pergaulan kita oleh orang tuanya, tidak
diperhatikan keluarganya atau ditinggal bekerja orang tuanya, jadi emansipasi
disini termasuk kebebasan yang kebablasan.
Jadi sebaiknya para orang tua harus hati-hati menjaga anak-anaknya, khususnya anak perempuan khususnya dalam bidang pergaulan. Apalagi anak-anak remaja perempuan sekarang mudah sekali untuk dirayu, dibujuk dan dipengaruhi, jadi jangan sampai orang tua membebaskan anak-anak perempuanya dalam pergaulan apalagi sampai merambah ke LGBT karena akan cepat merubah perkembangannya dan itu adalah perkembangan yang negative.
Jadi sebaiknya para orang tua harus hati-hati menjaga anak-anaknya, khususnya anak perempuan khususnya dalam bidang pergaulan. Apalagi anak-anak remaja perempuan sekarang mudah sekali untuk dirayu, dibujuk dan dipengaruhi, jadi jangan sampai orang tua membebaskan anak-anak perempuanya dalam pergaulan apalagi sampai merambah ke LGBT karena akan cepat merubah perkembangannya dan itu adalah perkembangan yang negative.
.Demi membangun
bangsa ini agar menjadi lebih baik lagi, kaum perempuan tidak boleh melupakan
hakikatnya sebagai seseorang perempuan yang mempunyai sumber kelembutan. Sudah
selayaknya kaum perempuan perlu menyadari akan kodratnya. Perempuan diharapkan
bisa menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak-anak yang dilahirkannya.
Menjadi Ibu yang dapat membimbing mereka menjadi anak yang kuat, cerdas, dan
mempunyai etika yang baik agar dapat berguna bagi bangsa, negara, dan agama,
serta tidak lagi terjerumus ke LGBT itu. Itulah sebenarnya peran wanita yang
utama selain berbagai peran di ketiga bidang kehidupan ekonomi, politik dan
sosial. Tugas ini mampu untuk menyadarkan perempuan generasi muda untuk menjadi
perempuan yang terhormat, berharga dan sebagai kebanggaan bangsa.
Emansipasi perempuan
ini seharusnya dapat menjadikan generasi muda perempuan yang cerdas bukan
menjadi lemah. Jadikan perempuan sebagai subjek bagi bangsa ini dan tidak hanya
menjadi objek. Sekaranglah saatnya generasi muda perempuan mencatatkan dirinya
sebagai pelaku emansipasi yang mampu berdiri mengambil peran penting untuk
membangun bangsa yang tercinta ini. Dengan selalu menjaga kepercayaan RA
Kartini dan jangan sampai kita mengecewakan
beliau. Tugas kaum wanita sekarang hanya
melanjutkan dan memanfaatkan apa nan telah diperjuangkan oleh Kartini, agar
dapat berperan aktif dalam pembangunan, dalam menciptakan generasi madani nan
unggul. Generasi nan mampu melindungi dirinya dari pengaruh jelek lingkungan
dan teknologi. Generasi nan mampu memilah dan memilih, serta generasi nan mampu
menciptakan lapangan kerja, sebagai awal kejayaan Indonesia. LGBT NO! WANITA
SUKSES YESS! Mia Fadilah )))
Komentar
Posting Komentar